Entri Populer

Rabu, 17 November 2010

Rancangan Percobaan

Jenis Atau Ragam Penelitian

Penelitian dapat digolongkan atau dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain berdasarkan:
1. Tujuan;
2. Pendekatan;
3. Tempat;
4. Pemakaian atau hasil atau alasan yang diperoleh;
5. Bidang ilmu yang diteliti;
6. Taraf Penelitian;
7. Teknik yang digunakan;
8. Keilmiahan;
9. Spesialisasi bidang (ilmu) garapan;
Juga ada Pembagian secara umum:
- Berdasarkan hasil atau alasan yang diperoleh :
1. Basic Research (Penelitian Dasar): mempunyai alasan intelektual, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan;
2. Applied Reseach (Penelitian Terapan) : mempunyai alasan praktis, keinginan untuk mengetahui; bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, efektif, efisien.
- Berdasarkan Bidang yang diteliti:
1. Penelitian Sosial: Secara khusus meneliti bidang sosial : ekonomi, pendidikan, hukum dsb;
2. Penelitian Eksakta<:Secara khusus meneliti bidang eksakta : Kimia, Fisika, Teknik; dsb;
- Berdasarkan Tempat Penelitian :
1. Field Research (Penelitian Lapangan / Kancah): langsung di lapangan;
2. Library Research (Penelitian Kepustakaan) : Dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya;
3. Laboratory Research (Penelitian Laboratorium) : dilaksanakan pada tempat tertentu / lab , biasanya bersifat eksperimen atau percobaan;
- Berdasarkan Teknik yang digunakan :
1. Survey Research (Penelitian Survei) : Tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti:
2. Experimen Research (Penelitian Percobaan) : dilakukan perubahan (ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti;
- Berdasarkan Keilmiahan :
1. Penelitian Ilmiah : Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah atau meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar atau tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu :
a. Kemampuan memberikan pengertian ayng jelas tentang masalah yang diteliti:
b. Kemampuan untuk meramalkan : sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat dan waktu lain;
Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah :
a) Purposiveness : fokus tujuan yang jelas;
b) Rigor : teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik;
c) Testibility : prosedur pengujian hipotesis jelas
d) Replicability : Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;
e) Objectivity : Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;
f) Generalizability : Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;
g) Precision : Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat;
h) Parsimony : Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.
2. Penelitian non ilmiah : Tidak menggunakan metode atau kaidah-kaidah ilmiah.
- Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen, Pemasaran), Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan/PR, Periklanan), Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional), Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman), Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll;
- Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) : variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yangd itatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang. Penelitian yangd ilakukan dengan menjelaskan / menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan / menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.
- Penelitian secara umum :
o Penelitian Survei:
 Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;
 Mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb;
 Melakukan evaluasi serta perbandinagn terhadap hal yang telah dilakukan orang lain dalam menangani hal yang serupa;
 Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun secara sampel;
 Hasilnya untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan;
 Penelitian ini dapat berupa :
a. Penelitian Exploratif (Penjajagan): Terbuka, mencari-cari, pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti masih terbatas. Pertanyaan dalam studi penjajagan ini misalnya : Apakah yang paling mencemaskan anda dalam hal infrastruktur di daerah Kalbar dalam lima tahun terakhir ini? Menurut anda, bagaimana cara perawatan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik?
b. Penelitian Deskriptif : Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena; pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat. Peneliti menegmbangkan konsep, menghimpun fakta, tapi tidak menguji hipotesis;
c. Penelitian Evaluasi : mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang digariskan sebelumnya. Evaluasi disini mencakup formatif (melihat dan meneliti pelaksanaan program), Sumatif (dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur pencapaian tujuan);
d. Penelitian Eksplanasi (Penjelasan) : menggunakan data yang sama, menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesis;
e. Penelitian Prediksi : Meramalkan fenomena atau keadaan tertentu;
f. Penelitian Pengembangan Sosial : Dikembangkan berdasarkan survei yang dilakukan secara berkala: Misal : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalbar, 1998-2003;
o Grounded Research : Mendasarkan diri pada fakta dan menggunakan analisis perbandingan; bertujuan mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep, membuktikan teori, mengembangkan teori; pengumpulan dan analisis data dalam waktu yang bersamaan. Dalam riset ini data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data. Ciri-cirinya : Data merupakan sumber teori dan sumber hipotesis, Teori menerangkan data setelah data diurai.

Uraian berdasarkan data Teori yang menerangkan Data Analisis menjadi konsep dan Hipotesis Berdasarkan data
o Studi Kasus : Mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit yang menjadi subjek; tujuannya memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat, karakteristik yang khas dari kasus, yang kemudian dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Hasilnya merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal. Ruang lingkupnya bisa bagian / segmen, atau keseluruhan siklus /aspek. Penelitian ini lebih ditekankan kepada pengkajian variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil.
o Penelitian Eksperimen : Dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta diadakan kontrol terhadap variabel tertentu; Untuk pengujian hipotesis tertentu; dimaksudkan untuk mengetahui hubungan hubungan sebab - akibat variabel penelitian; Konsep dan varaiabelnya harus jelas, pengukuran cermat. Tujuan penelitian ini untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab-akibat serta berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakukan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menjediakan kontrol untuk perbandingan.






No. Penggolongan Menurut Jenis/Ragam Penelitian
1. Tujuan a.Eksplorasi;
b. Pengembangan;
c. Verifikasi
2. Pendekatan a. Longitudinal;
b. Cross-sectional;
c. Kuantitatif;
d. Survei;
e. Assessment;
f. Evaluasi;
g. Action Research;h.
3. Tempat a. Library;
b. Laboratorium’
c. Field
4. Pemakaian a. Pure;
b. Applied
5. Bidang Ilmu a. Pendidikan ;
b. Agama;
c. Manajemen;
d. Komunikasi;
e. Administrasi;
f. Keteknikan;
g. Bahasa;
h. Hukum;
i. Sejarah;
j. Antropologi;
k. Sosiologi;
l. Filsafat;
6. Taraf Penelitian a. Deskriftif;
b. Eksplanasi
7. Saat terjadinya variabel a. Historis;
b. Ekspos-Fakto;
c. Eksperimen

Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif



No. Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif
1. Kejelasan Unsur :
Tujuan, pendekatan, subjek, sampel,
Sumber data sudah mantap, rinci sejak awal
Subjek sampel, sumber data tidak mantap
Dan rinci, masih fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan
2. Langkah penelitian :
Segala sesuatu direncanakan sampai
Matang ketika persiapan disusun
Baru diketahui denagn mantap dan jelas setelah penelitian selesai
3. Hipotesis (Jika memang perlu)
a. Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian;
b. Hipotesis menentukan hasil yang diramalkan--- a priori

Tidak menegmukakan hipotesis sebelumnya, tetapi dapat lahir selama penelitian berlangsung--- tentatif
Hasil penelitian terbuka
4. Disain :
Dalam disain jelas langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan
Disain penelitiannya fleksibel dengan langkah dan hasil yang tidak dapat dipastikan sebelumnya;
5. Pengumpulan data :
Kegiatan dalam pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan
Kegiatan pengumpulan data selalu harus dilakukan sendiri oleh peneliti.
6. Analisis data :
Dilakukan sesudah semua data terkumpul.
Dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data


TUJUAN PENELITIAN :

Secara umum ada empat tujuan utama :
1.Tujuan Exploratif (Penemuan) : menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu;
2. Tujuan Verifikatif (Pengujian): menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada;
3. Tujuan Developmental (Pengembangan) : mengembangkan sesuatu dalam bidang yang telah ada;
4. Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi)

PERANAN PENELITIAN

1. Pemecahan Masalah : meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait mengkait;
2. Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan : meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut;
3. Mendapatkan pengetahuan / ilmu baru :


PERSYARATAN PENELITIAN :

1. Mengikuti konsep ilmiah;
2. Sistematis : Pola tertentu;
3. Terencana :

Penelitian dikatakan baik bila :
1. Purposiveness : Tujuan yang jelas;
2. Exactitude : Dilakukan dengan hati-hati, cermat, teliti;
3. Testability : Dapat diuji atau dikaji;
4. Replicability : Dapat diulang oleh peneliti lain;
5. Precision and Confidence : Memiliki ketepatan dan keyakinan jika dihubungkan dengan populasi atau sampel;
6. Objectivity : Bersifat objektif;
7. Generalization : Berlaku umum;
8. Parismony : Hemat, tidak berlebihan;
9. Consistency : data atau ungkapan yang digunakan harus selalu sama bagi kata atau ungkapan yang memiliki arti sama;
10. Coherency : Terdapat hubungan yang saling menjalin antara satu bagian dengan bagian lainnya.



PROSEDUR / LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN :

Garis besar :
a. Pembuatan rancangan;
b. Pelaksanaan penelitian;
c. Pembuatan laporan penelitian

Bagan arus kegiatan penelitian

1. Memilih Masalah; memerlukan kepekaan
2. Studi Pendahuluan; studi eksploratoris, mencari informasi;
3. Merumuskan Masalah; jelas, dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa
4. Merumuskan anggapan dasar; sebagai tempat berpijak, (hipotesis);
5. Memilih pendekatan; metode atau cara penelitian, jenis / tipe penelitian : sangat emenentukan variabel apa, objeknmya apa, subjeknya apa, sumber datanya di mana;
6. Menentukan variabel dan Sumber data; Apa yang akan diteliti? Data diperoleh dari mana?
7. Menentukan dan menyusun instrumen; apa jenis data, dari mana diperoleh? Observasi, interview, kuesioner?
8. Mengumpulkan data; dari mana, dengan cara apa?
9. Analisis data; memerlukan ketekunan dan pengertian terhadap data. Apa jenis data akan menentukan teknis analisisnya
10. Menarik kesimpulan; memerlukan kejujuran, apakah hipotesis terbukti?
11. Menyusun laporan; memerlukan penguasaan bahasa yang baik dan benar.

Penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis penelitian, misalnya:
Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif.

Penelitian historis menerapkan metode pemecahan yang ilmiah dengan pendekatan historis. Proses penelitiannya meliputi pengumpulan dan penafsiran fenomena yang terjadi di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk memahami, meramalkan atau mengendalikan fenomena atau kelompok fenomena. Penelitian jenis ini kadang-kadang disebut juga penelitian dokumenter karena acuan yang dipakai dalam penelitian ini pada umumnya berupa dokumen. Penelitian historis dapat bersifat komparatif, yakni menunjukkan hubungan dari beberapa fenomena yang sejenis dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan; bibliografis, yakni memberikan gambaran menyeluruh tentang pendapat atau pemikiran para ahli pada suatu bidang tertentu dengan menghimpun dokumen-dokumen tentang hal tersebut : atau biografis, yakni memberikan pengertian yang luas tentang suatu subyek, sifat dan watak pribadi subyek, pengaruh yang diterima oleh subyek itu dalam masa pembentukan pribadinya serta nilai subyek itu terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan.

Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu; analitis kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur lain.

Penelitian teoritis adalah penelitian yang hanya menggunakan penalaran semata untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Proses penelitian dapat dimulai dengan menyusun asumsi dan logika berpikir. Dari asumsi dan logika tersebut disusun praduga (konjektur). Praduga dibuktikan atau dijelaskan menjadi tesis dengan jalan menerapkan secara sistematis asumsi dan logika. Salah satu bentuk penerapan asumsi dan logika untuk membentuk konsep guna memecahkan soal adalah membentuk model kuantitatif. Dalam beberapa penelitian teoritis tidak diadakan pengumpulan data.

Penelitian ekperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan menciptakan fenomena pada kondisi terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dan pengaruh faktor-faktor pada kondisi tertentu. Dalam bentuk yang paling sederhana, pendekatan eksperimental ini berusaha untuk menjelaskan, mengendalikan dan meramalkan fenomena seteliti mungkin. Dalam penelitian eksperimental banyak digunakan model kuantitatif.

Penelitian rekayasa (termasuk penelitian perangkat lunak) adalah penelitian yang menerapkan ilmu pengetahuan menjadi suatu rancangan guna mendapatkan kinerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Rancangan tersebut merupakan sintesis unsur-unsur rancangan yang dipadukan dengan metode ilmiah menjadi suatu model yang memenuhi spesifikasi tertentu. Penelitian diarahkan untuk membuktikan bahwa rancangan tersebut memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Penelitian berawal dari menentukan spesifikasi rancangan yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan, memilih alternatif yang terbaik, dan membuktikan bahwa rancangan yang dipilih dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan secara efisiensi, efektif dan dengan biaya yang murah. Penelitian perangkat lunak komputer dapat digolongkan dalam penelitian rekayasa.

ANALISIS KETERSEDIAN DAN KEBUTUHAN PANGAN POKOK RUMAH TANGGA KECAMATAN SULAMU KABUPATEN KUPANG

REVIEW SKRIPSI
Seprianus Y. Tulle
JUDUL :
“ANALISIS KETERSEDIAN DAN KEBUTUHAN PANGAN POKOK RUMAH TANGGA KECAMATAN SULAMU KABUPATEN KUPANG”
Oleh
Jeffry U.S. jamilaga

I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1. Pangan merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pangan adalah segala jenis komoditas berupa produk (hasil) sumber daya hayati yang dikonsumsi oleh manusia sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan hidup.
2. Pangan adalah segala jenis komoditas berupa produk (hasil) sumber daya hayati yang dikonsumsi oleh manusia sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan hidupnya
3. Konsumsi makanan dikatakan cukup apabila makanan yang dikonsumsi tersebut memenuhi jumlah masing-masing zat gizi.
4. Ketersediaan tenaga kerja cukup banyak dalam keluarga dan tingkat pendapatan semakin tinggi maka ketersediaan pangan dalam rumah tangga akan terpenuhi.
5. Jika jumlah anggota rumah tangga lebih banyak dari jumlah pangan maka ketersediaan pangan tidak akan terpenuhi dan apabila jumlah anggota rumah tangga lebih sedikit maka pangan yang digunakan sedikit pula.
6. Luas lahan juga menentukan jumlah pangan yang akan diproduksi.
7. Aspek yang sangat menentukan dalam pemenuhan pangan rumah tanggaadalah ketersediaan pangan karena merupakan slah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan.
8. Upaya pemenuhan ketersedian pangan biasanya diperoleh denga cara membeli, kemampuan untuk membeli dipengaruhi oleh tingkat pendapatan petani.
9. Beras, jagung, dan ubi-ubian adalah jenis pangan pokok yang diperoleh masyrakat dengan cara memproduksi sendiri atau membeli, untuk mengimbangi kebutuhan pokok maka upaya yang dilkukan yaitu dengan meningkatkan produksi.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah:
1. Berapa besar ebutuhan pangan pokok ruma tangga secara ideal di ecamatan Sulamu?
2. Berapa besar ketersedian pangan pokok rumah tangga yang diperoleh dari usaha sendiri di ecamatan Sulamu?
3. Berapa besar ketersedian pangan pokok rumah tangga yang diperoleh dengan cara membeli di Kecamatan Sulamu?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketersedian pangan pokok rumah tangga di Kecamatan Sulamu?
5. Berapa jumlah ketersedian pangan pokok rumah tangga pada saat dibutuhkan di Kecamatan Sulamu?

1.3 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari penelitin ini adalah :
1. Untuk mengetahui berapa besar kebutuhan pangan pokok rumah tangga secara ideal di kecamatan Sulamu.
2. Untuk mengetahui berapa besar ketersedian pangan pokok rumah tangga yang diperoleh dari usaha ssndiri di Kecamatan Sulamu
3. Untuk mengetahui berapa besar ketersediaan pangan pokok rumah tangga yang diperoleh dengan cara membeli di Kecamatan Sulamu
4. Untuk mengethui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketersediaan pangan pokok rumah tangga di Kecamatan Sulamu.
5. Untuk mengetahui berapa jumlah ketersediaan pangan pokok pada saat dibutuhkan di Kecamatan Sulamu.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Petani sebagai bahan informasi dan pemenuhan rumah tangga.
2. Sebagai bahan informasi bagi PEMDA dalam upaya membuat kebijakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.
3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selajutnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA
` 2.1 Rujukan Penelitian Terdahulu
Menurut Hun (2001) dalam penelitian nya menunjukkan bahwa konsumsi pangan pokok di Kecamatan Kupang Barat sebesar 49,77% beasal dari produk usaha tani dan 51,33% dari pembelian.
Menurut Banoet (1998) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata ketersediaan pangan pokok cukup baik dengan perkiraan lama waktu konsumsi sangat panjang
Menurut Tabati (2006) dalam penelitian di Kecamatan Amanuban Timur menunjukkan bahwa rata-rata tingkat ketersediaan pangan pokok yang dikonsumsi oleh rumah tangga 951,51 Kg/rumah tangga.

2.2 Produksi Pangan
Usaha tani adalah suatu tenpat atau bagian dari permukaan bumi dimana peertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap, atau manajer yang digaji. Usahatani dapat berubah usaha bercocok tanam atau melihat ternak (Muyarto,1989)
Usahatani merupakan proses produksi. Produksi ini dihasilkan oleh beberpa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal, tenaga kerja disamping manajemen yang berfungsi mengelola atau mengakomodir ketiga faktor tersebut yang dijadikan untuk menghasilkan suatu produk baru (Mosher, 1984)
Dalam proses produksi usahatani, jumlah produk yang dihasilkan oleh bekerjanya bebrapa faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen (Hernanto, 1989). Ketersediaan pangan dipenuhi dengan dua cara yaitu; 1). Memproduksi sendiri melalui usahatani, 2). Memperoleh dari sumber lain (membeli).
2.3 pendapatan
Usahatani itu bersifat eonomis dalam memperoleh hasil-hasil pertanian bahkan untuk dijual atau untu digunakan keluarga atau kombinasi keduanya (Mosher, 1991)
Pendapatan usahatani adalah sisa daripada penggunaan nilai usahtani dengan biaya-biaya yang dikeluakan (Tjakrawiralaksana, 1983).
Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu yang akan digunakan setiap hari(Soekartawi, 1989); pengahasilan keluarga adalah pengahsilan bersih ditambah pendapatan rumah tangga yang berasal dari luar uasatani.
Pendapatan merupakan faktor yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat.

2.4 Ketersediaan Pangan
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedinya pangan yang cukup, baik dalam jumlah kuantitas dan kualitas serta merata dan terjangkau (Suryana, 2003).
Ketersediaan pangan didefinisikan sebagai sebagai jumlah pangan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk pada suatu waktu tertentu Dwirani(1994) dalam Jutomo (2000). Sedangkan menurut FAO (1984) dalam Jutomo (2000), ketersediaan pangan adalah tingkat dimana persediaan pangan dapat dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di suatu negara baik di daerah pedesaaan dan perkotaan.
Tingkat ketersedian pangan suatu daerah pada akhirnya akan menentukan konsumsi pangan dan status gizi masyarakat yang dapat digunakan sebagai sala satu ukuran untuk menilai keberhasilan pemangunan yang telah dan sedang dilaksanakan (Syarief, 2003).
Tersedianya pangan yang cukup dalam keluarga dan masyarakat, belum menjamin bahwa kebutuhan akan gizi setiap orang sudah terpenuhi.

2.5 Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.
Konsumsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor dan pemilihan jenis maupun banyaknya pangan yang dimakan, dapat berlainan dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya dan dari suatu negara ke negara lain (Harper dkk, 1986).
Suhardjo (1988), ada empat faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan sehari-hari yaitu, 1). Produksi pangan untuk kebutuhan rumah tangga, 2). Pengeluaran uang untuk pangan rumah tangga, 3). Pengeluaran gizi, 4). Ketrsediaan pangan.

2.6 Pola Konsumsi Pangan
Pola pangan meliputi jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi, sumber pangan, frekuensi pangan per hari dan kebiasaan makan (Soehardjo, 1988).
Pola konsumsi merupakan refleksi dari kebiasaan makan suatu masyarakat yang dipengaruhi oleh budaya, pengetahuan dan sikap terhadap pangan, ketersediaan dan kelangkaan pangan daerah, dan pola kerja keluarga (Soehardjo, 1989).
Ketrsediaan pangan di masyarkat belum tentu menjamin tercapainya ketahanan pangan apabila rumah tangga tidak mampu menjangkaunya dengan daya beli walaupun tersedia di pasar (Sutrisno, 1996).

2.7 Kebutuhan Pangan
Dalam penentuan kebijakan pangan yang terpenting adalah patokan tentang ebutuhan energi dan protein, karena nilai kedua zat ini mengambil peranan terbesar dalam menentukan jumlah, susunan dan dan harga pangan.
Perbandingan antara konsumsi nilai kebutuhan untuk satuan rumah tangga dalam masyarakat atau penduduk yang digolongkan dengan umur, jenis kelamin dapat menunjukkan ada atau tidak kerawanan gizi, yaitu peluang terjadi difisiensi di dalam masyarakat yang diteliti, meskipun inividu atau kelurga yang menderita kekurangan gizi tidak dapat dicirikan dari informasi itu sendiri (Roedjiti, 1985)

III. KERANGKA BERPIKIR



















IV. HASIL ESTIMASI
Untuk menjawab tujuan nomor 1, 2, 3, dan 5 dilakukan analisis deskriptif. Yang ke-4 yakni menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketersedian pangan pokok rumah tangga petani, maka digunakan analisi Cobb-Douglas menurut petunjuk (Gasperz, 1991) adalah sebagi berikut:
Y = β0 X1β1 X2β2 X3β3 X4β4 X5β5 eu
Untuk mempermudah proses penafsiran, fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma sehingga menghasilkan persamaan berikut :

Ln Y = In β0 + β1 In X1 + β2 In X2 + β3 In X3 + β4 In X4 + β5 In X5 + u

Kemudian setelah data di analisis menghasilkan fungsi Ketersedian Pangan Pokok Rumah Tangga (Y) sebagai berikut :

Ln Y = In 6,705 + 0,079 In X1 – 0,193 In X2 + 0,359 In X3 – 0,354 In X4 + 0,353 ln X5

Dimana, Y = Ketersediaan pangan pokok rumah tangga
β0 = Intersep
X1 = Umur petani
X2 = Jumlah tenaga kerja dalam rumah tangga
X3 = Jumlah anggota keluarga
X4 = Pendapatan
X5 = Luas lahan yang diusahakan
β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien regresi
u = Standard error

Untuk menguji keberartian dari koefisien regresi, maka digunakan uji t dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : β1 = 0; artinya tidak ada pengaruh antara umur petani, jumlah tenaga kerja, pendapatan, luas lahan dan julah tanggungan keluarga terhadap ketersediaan pangan rumah tangga
H1 : β2 0, artinya ada pengaruh antara umur petani, jumlha tenaga kerja, pendapatan, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga terhadap ketersediaan pangan rumah tangga.

Dengan demikian kaidah keputusannya sebagi berikut:

Jika:


Jika:



V. EVALUASI
Analisis mikro dalam bentuk Cobb-Douglas yang dilinearkan dan diantilonkan adalah sebagai berikut:

Dilinearkan:
Ln Y = In 6,705 + 0,079 In X1 – 0,193 In X2 + 0,359 In X3 – 0,354 In X4 + 0,353 ln X5
Anti lon:
Y = 816,478 + 1,082 X1 + 0,824 X2 + 1,432 X3 + 1,425 X4 + 1,423 X5

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel bebas X1 bernilai 0,079 berpengaruh nyata terhadap ketersediaan pangan rumah tangga, hal ini disebabkan kepala rumah tangga masih dalam usia produktif sehingga masih aktif dalam melakukan kegiatan usahatani sehingga produktivitas usahatani pun akan semakin meningkat. Ada sebagian yang sudah melewati usia produktif tapi masih melakukan usahatani, walupun ada penambahan umur yang menyebabkan perbedaan umur (produktif dan non-produktif) tetapi diantara petani tidak jauh berbeda produktivitas usahatani dan keragaman konsumsi pangan.

Variabel X2 memberikan nilai negatif terhadap ketersediaan pangan rumah tangga artinya tidak ada pengaruh nyata terhadap pangan pokok rumah tangga. Hal ini disebabkan bahwa walupun jumlah anggota keluarga banyak namun sebagian besarnya masih berusia muda dan masih sekolah sehingga ada kecendrungan rumah tangga lebih meningkatkan pengeluaran pangan da tidak menambah tenaga kerja dalam keluaraga dan tingkat pendapatan dalam keluarga pun tidak mengalami perubahan.

Variabel jumlah X3, berarti ada pengaruh nyata jumlah anggota rumah tangga terhadap ketersediaan pangan pokok rumah tangga, hal ini disebakan karena jumlah anggota rumah tangga banyak namun masih berusia muda dan brsekolah sehngga rumah tangga lebih cenderung untuk meningkatkan pengeluaran pangan. Nilai tesebut memberikan indikasi bahwa rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga banyak terhadap kecendrungan ketrsediaan pangan pokok rumah tangga makin sedikit. Rumah tangga yang jumlah anggotanya banyak maka kebutuhan akan pangan semakin banyak pula dan pengeluaran akanpangan semakin meningkat pula.

Koefisien regresi variabel pendapatan rumah tangga sebesar 0,353 berpengaruh nyata terhadap ketersediaan pangan pokok rumah tangga artinya rumah tangga yang tidak akan melakukankegiatan usahatani apabila tingkat pendapatannya rendah maka akan mempengaruhi ketersediaan pangan rumah tangga sehingga peningkatan pendapatan sangat diperlukan untuk dapat memenuhi ketersediaan pangandari pembelian. Dari nilai tersebut memberikan indikasi bahwa denagn penambahan 1 satuan pendapatan maka rumah tangga akan dapat mengakses pangan sebesar 1.423 Kkal (Koefisien Pendapatan yang dianti lonkan). Artinya makin tinggi tingkat letersediaan pangan pokoksemakin tinggi pula. Dari tingkat pendapatan tersebut sebagian besar pendapatan petani berasal dari usaha peternakan.

Koefisien regresi variabel luas lahan sebesar 0,354 berpengaruh nyata terhadap ketersedian pokok rumah tangga. Hal ini, disebabkan karena di desa Pariti lahan yang digunakan masih subur sehingga mempengaruhi tngakt produksi pangan dan eningkatkan tingkat ketersediaan pangan pokok rumah tangga selain luas lahan yang banyak sehingga produksi yang diperoleh pun semakin tinggi. Dari nilai tersebut memberikan indikasi baha dengan penambahan satu are luas lahan akan meningkatkan ketersediaan pangan sebesar 1.425 Kkal (koefisien Luas Lahan yang dianti lonkan)

Koefisien determinasinya sebesar 0, 6756. Angka tersebut memberikan indikasi bahwa variasi ketrsediaan pangan dalam analisis ini 67,56% dan sisanya 32,44% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model, misalnya harga, selera, tingkat pendidikan non formal tentang gizi dan lain sebaginya.

Selasa, 09 November 2010

konflik vs kekerasan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu bersinggungan dengan perbedaan. Perbedaan seringkali menjadi pemicu masalah yang berlanjut menjadi konflik bila kita memahami, mengatasi dan menyikapinya dengan cara yang tidak tepat. Secara hakikat, manusia itu sama, tetapi tak pernah ada manusia yang benar-benar sama dalam segala hal. Kemiripan wajah, kesamaan hobi, bahkan ikatan batin dan pertautan rasa yang kuat pun tidak menjadikan kita sama dengan mereka atau aku adalah dia dan kamu adalah saya. Kita berbeda dan memiliki perbedaan karena perbedaan adalah harmoni yang membuat hidup kita lebih berarti dan menemukan jati diri kita. Di dalam perbedaan, tersimpan arti yang pantas untuk dimengerti. Dengan perbedaan, kita mampu merasakan makna kebersamaan, sehingga kita bisa memahami bahwa perbedaan adalah alasan untuk sebuah pengertian.

Perbedaan merupakan keadaan, sifat dan karakter yang diciptakan Tuhan dengan tujuan agar manusia saling mengenal, berinteraksi, saling memahami dan memberi manfaat satu sama lain. Memahami dan menyikapi perbedaan dan memang bergantung kepada cara pandang kita terhadap perbedaan tersebut. Jika kita memandangnya sebagai sebuah ancaman, maka perbedaan akan menjadi masalah yang sulit diatasi. Namun, jika perbedaan dipandang sebagia fitrah kemanusiaan dan anugerah Yang Maha Sempurna, maka perbedaan itu akan terasa indah mewarnai hidup kita. Cara pandang kita terhadap perbedaan sangat menentukan terhadap cara kita meyikapinya dan mengatasinya. Karena itu, pengertian merupakan hal yang penting untuk kita miliki dan kita terapkan dalam memahami, menyikapi dan mengelola perbedaan.

Pengertian merupakan refleksi dan realisasi kesadaran akan fakta nyata kehidupan yang tidak selalu sama dan tidak pernah sempurna. Di dalam pengertian ada ketulusan, kesiapan dan ketegaran untuk menerima kekurangan juga mensyukuri kelebihan diri sendiri maupun orang lain. Pengertian merupakan tindak lanjut dari rasa menghargai. Dengan menghargai kita bisa mengerti dan menerima, sehingga pengertian menjadi sikap utama yang dapat membuat kita bertahan dan menikmati perbedaan sebagai sebuah warna kehidupan. Tanpa pengertian, kita tak akan bisa hidup berdampingan dengan tentram, nyaman dan damai dalam perbedaan.

Pengertian merupakan sebuah proses mengerti dan memahami, sehingga bisa kita latih, kita tumbuhkan dalam diri kita dan kita manfaatkan untuk hidup kita. Ada beberapa hal yang dapat kita jadikan pembiasaan sehubungan dengan melatih pengertian dan menyikapi perbedaan. Perbedaan bisa kita manfaatkan sebagai energi untuk mengerti dan kita jadikan potensi untuk memaksimalkan kemampuan kita memahami orang lain. So. Saya, Anda dan kita semua memang tidak bisa menghindari perbedaan yang sering kali menimbulkan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Namun, paling tidak dengan menanamkan pengertian dalam diri kita, kita telah membiasakan diri menyikapi perbedaan, serta berupaya untuk menciptakan kerukunan dan ketentraman di atas perbedaan itu.



Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.

1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
7. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
8. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi (Folger & Poole: 1984).

Konflik Menurut Robbin

Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:

1. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
2. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View. Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.
3. Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.

Konflik Menurut Stoner dan Freeman

Stoner dan Freeman(1989:392) membagi pandangan menjadi dua bagian, yaitu pandangan tradisional (Old view) dan pandangan modern (Current View):

1. Pandangan tradisional. Pandangan tradisional menganggap bahwa konflik dapat dihindari. Hal ini disebabkan konflik dapat mengacaukan organisasi dan mencegah pencapaian tujuan yang optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang optimal, konflik harus dihilangkan. Konflik biasanya disebabkan oleh kesalahan manajer dalam merancang dan memimpin organisasi. Dikarenakan kesalahan ini, manajer sebagai pihak manajemen bertugas meminimalisasikan konflik.
2. Pandangan modern. Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan banyak faktor, antara lain struktur organisasi, perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya. Konflik dapat mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan. Jika terjadi konflik, manajer sebagai pihak manajemen bertugas mengelola konflik sehingga tercipta kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan bersama.

Konflik Menurut Myers

Selain pandangan menurut Robbin dan Stoner dan Freeman, konflik dipahami berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (Myers, 1993:234)

1. Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, menurut pandangan tradisional, konflik haruslah dihindari.
2. Pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk membangun organisasi tersebut, misalnnya bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.

Menurut Peneliti Lainnya

1. Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini dimaksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk. Menurut Myers, Jika komunikasi adalah suatu proses transaksi yang berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik (1982: 234). Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan (Stewart & Logan, 1993:341). Konflik tidak selalu diidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak yang berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata – kata yang mengandung amarah.
2. Konflik tidak selamanya berkonotasi buruk, tapi bisa menjadi sumber pengalaman positif (Stewart & Logan, 1993:342). Hal ini dimaksudkan bahwa konflik dapat menjadi sarana pembelajaran dalam memanajemen suatu kelompok atau organisasi. Konflik tidak selamanya membawa dampak buruk, tetapi juga memberikan pelajaran dan hikmah di balik adanya perseteruan pihak – pihak yang terkait. Pelajaran itu dapat berupa bagaimana cara menghindari konflik yang sama supaya tidak terulang kembali di masa yang akan datang dan bagaimana cara mengatasi konflik yang sama apabila sewaktu – waktu terjadi kembali.

Teori-teori konflik

Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosial. Pertama adalah teori konflik C. Gerrtz, yaitu tentang primodialisme, kedua adalah teori konflik Karl. Marx, yaitu tentang pertentangan kelas, dan ketiga adalah teori konflik James Scott, yaitu tentang Patron Klien.

Faktor penyebab konflik

* Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

* Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

* Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

* Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.



Jenis-jenis konflik

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :

* konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))

* konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).

* konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).

* konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)

* konflik antar atau tidak antar agama

* konflik antar politik.

Akibat konflik

Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :

* meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
* keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
* perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga, tawuran dll.
* kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
* dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:

* Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

* Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.

* Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.

* Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik

perbadaan sebenarnya bukanlah hal yang negatif jika dipahami secara ilmiah dan di resapi secara logis oleh manusia yang seringkali terjadi seperti istilah "Jeruk Makan Jeruk", "Pisang Makan Pisang". So,, sadarilah keberadaan perbedaan itu agar konflik dpat di minimalisirkan. TIDAK ADA CARA YANG TERBAIK TAPI ADA CARA LEBIH BAIK...