Entri Populer

Rabu, 17 November 2010

ANALISIS KETERSEDIAN DAN KEBUTUHAN PANGAN POKOK RUMAH TANGGA KECAMATAN SULAMU KABUPATEN KUPANG

REVIEW SKRIPSI
Seprianus Y. Tulle
JUDUL :
“ANALISIS KETERSEDIAN DAN KEBUTUHAN PANGAN POKOK RUMAH TANGGA KECAMATAN SULAMU KABUPATEN KUPANG”
Oleh
Jeffry U.S. jamilaga

I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1. Pangan merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pangan adalah segala jenis komoditas berupa produk (hasil) sumber daya hayati yang dikonsumsi oleh manusia sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan hidup.
2. Pangan adalah segala jenis komoditas berupa produk (hasil) sumber daya hayati yang dikonsumsi oleh manusia sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan hidupnya
3. Konsumsi makanan dikatakan cukup apabila makanan yang dikonsumsi tersebut memenuhi jumlah masing-masing zat gizi.
4. Ketersediaan tenaga kerja cukup banyak dalam keluarga dan tingkat pendapatan semakin tinggi maka ketersediaan pangan dalam rumah tangga akan terpenuhi.
5. Jika jumlah anggota rumah tangga lebih banyak dari jumlah pangan maka ketersediaan pangan tidak akan terpenuhi dan apabila jumlah anggota rumah tangga lebih sedikit maka pangan yang digunakan sedikit pula.
6. Luas lahan juga menentukan jumlah pangan yang akan diproduksi.
7. Aspek yang sangat menentukan dalam pemenuhan pangan rumah tanggaadalah ketersediaan pangan karena merupakan slah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan.
8. Upaya pemenuhan ketersedian pangan biasanya diperoleh denga cara membeli, kemampuan untuk membeli dipengaruhi oleh tingkat pendapatan petani.
9. Beras, jagung, dan ubi-ubian adalah jenis pangan pokok yang diperoleh masyrakat dengan cara memproduksi sendiri atau membeli, untuk mengimbangi kebutuhan pokok maka upaya yang dilkukan yaitu dengan meningkatkan produksi.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah:
1. Berapa besar ebutuhan pangan pokok ruma tangga secara ideal di ecamatan Sulamu?
2. Berapa besar ketersedian pangan pokok rumah tangga yang diperoleh dari usaha sendiri di ecamatan Sulamu?
3. Berapa besar ketersedian pangan pokok rumah tangga yang diperoleh dengan cara membeli di Kecamatan Sulamu?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketersedian pangan pokok rumah tangga di Kecamatan Sulamu?
5. Berapa jumlah ketersedian pangan pokok rumah tangga pada saat dibutuhkan di Kecamatan Sulamu?

1.3 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari penelitin ini adalah :
1. Untuk mengetahui berapa besar kebutuhan pangan pokok rumah tangga secara ideal di kecamatan Sulamu.
2. Untuk mengetahui berapa besar ketersedian pangan pokok rumah tangga yang diperoleh dari usaha ssndiri di Kecamatan Sulamu
3. Untuk mengetahui berapa besar ketersediaan pangan pokok rumah tangga yang diperoleh dengan cara membeli di Kecamatan Sulamu
4. Untuk mengethui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketersediaan pangan pokok rumah tangga di Kecamatan Sulamu.
5. Untuk mengetahui berapa jumlah ketersediaan pangan pokok pada saat dibutuhkan di Kecamatan Sulamu.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Petani sebagai bahan informasi dan pemenuhan rumah tangga.
2. Sebagai bahan informasi bagi PEMDA dalam upaya membuat kebijakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.
3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selajutnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA
` 2.1 Rujukan Penelitian Terdahulu
Menurut Hun (2001) dalam penelitian nya menunjukkan bahwa konsumsi pangan pokok di Kecamatan Kupang Barat sebesar 49,77% beasal dari produk usaha tani dan 51,33% dari pembelian.
Menurut Banoet (1998) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata ketersediaan pangan pokok cukup baik dengan perkiraan lama waktu konsumsi sangat panjang
Menurut Tabati (2006) dalam penelitian di Kecamatan Amanuban Timur menunjukkan bahwa rata-rata tingkat ketersediaan pangan pokok yang dikonsumsi oleh rumah tangga 951,51 Kg/rumah tangga.

2.2 Produksi Pangan
Usaha tani adalah suatu tenpat atau bagian dari permukaan bumi dimana peertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap, atau manajer yang digaji. Usahatani dapat berubah usaha bercocok tanam atau melihat ternak (Muyarto,1989)
Usahatani merupakan proses produksi. Produksi ini dihasilkan oleh beberpa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal, tenaga kerja disamping manajemen yang berfungsi mengelola atau mengakomodir ketiga faktor tersebut yang dijadikan untuk menghasilkan suatu produk baru (Mosher, 1984)
Dalam proses produksi usahatani, jumlah produk yang dihasilkan oleh bekerjanya bebrapa faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen (Hernanto, 1989). Ketersediaan pangan dipenuhi dengan dua cara yaitu; 1). Memproduksi sendiri melalui usahatani, 2). Memperoleh dari sumber lain (membeli).
2.3 pendapatan
Usahatani itu bersifat eonomis dalam memperoleh hasil-hasil pertanian bahkan untuk dijual atau untu digunakan keluarga atau kombinasi keduanya (Mosher, 1991)
Pendapatan usahatani adalah sisa daripada penggunaan nilai usahtani dengan biaya-biaya yang dikeluakan (Tjakrawiralaksana, 1983).
Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu yang akan digunakan setiap hari(Soekartawi, 1989); pengahasilan keluarga adalah pengahsilan bersih ditambah pendapatan rumah tangga yang berasal dari luar uasatani.
Pendapatan merupakan faktor yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat.

2.4 Ketersediaan Pangan
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedinya pangan yang cukup, baik dalam jumlah kuantitas dan kualitas serta merata dan terjangkau (Suryana, 2003).
Ketersediaan pangan didefinisikan sebagai sebagai jumlah pangan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk pada suatu waktu tertentu Dwirani(1994) dalam Jutomo (2000). Sedangkan menurut FAO (1984) dalam Jutomo (2000), ketersediaan pangan adalah tingkat dimana persediaan pangan dapat dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di suatu negara baik di daerah pedesaaan dan perkotaan.
Tingkat ketersedian pangan suatu daerah pada akhirnya akan menentukan konsumsi pangan dan status gizi masyarakat yang dapat digunakan sebagai sala satu ukuran untuk menilai keberhasilan pemangunan yang telah dan sedang dilaksanakan (Syarief, 2003).
Tersedianya pangan yang cukup dalam keluarga dan masyarakat, belum menjamin bahwa kebutuhan akan gizi setiap orang sudah terpenuhi.

2.5 Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.
Konsumsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor dan pemilihan jenis maupun banyaknya pangan yang dimakan, dapat berlainan dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya dan dari suatu negara ke negara lain (Harper dkk, 1986).
Suhardjo (1988), ada empat faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan sehari-hari yaitu, 1). Produksi pangan untuk kebutuhan rumah tangga, 2). Pengeluaran uang untuk pangan rumah tangga, 3). Pengeluaran gizi, 4). Ketrsediaan pangan.

2.6 Pola Konsumsi Pangan
Pola pangan meliputi jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi, sumber pangan, frekuensi pangan per hari dan kebiasaan makan (Soehardjo, 1988).
Pola konsumsi merupakan refleksi dari kebiasaan makan suatu masyarakat yang dipengaruhi oleh budaya, pengetahuan dan sikap terhadap pangan, ketersediaan dan kelangkaan pangan daerah, dan pola kerja keluarga (Soehardjo, 1989).
Ketrsediaan pangan di masyarkat belum tentu menjamin tercapainya ketahanan pangan apabila rumah tangga tidak mampu menjangkaunya dengan daya beli walaupun tersedia di pasar (Sutrisno, 1996).

2.7 Kebutuhan Pangan
Dalam penentuan kebijakan pangan yang terpenting adalah patokan tentang ebutuhan energi dan protein, karena nilai kedua zat ini mengambil peranan terbesar dalam menentukan jumlah, susunan dan dan harga pangan.
Perbandingan antara konsumsi nilai kebutuhan untuk satuan rumah tangga dalam masyarakat atau penduduk yang digolongkan dengan umur, jenis kelamin dapat menunjukkan ada atau tidak kerawanan gizi, yaitu peluang terjadi difisiensi di dalam masyarakat yang diteliti, meskipun inividu atau kelurga yang menderita kekurangan gizi tidak dapat dicirikan dari informasi itu sendiri (Roedjiti, 1985)

III. KERANGKA BERPIKIR



















IV. HASIL ESTIMASI
Untuk menjawab tujuan nomor 1, 2, 3, dan 5 dilakukan analisis deskriptif. Yang ke-4 yakni menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketersedian pangan pokok rumah tangga petani, maka digunakan analisi Cobb-Douglas menurut petunjuk (Gasperz, 1991) adalah sebagi berikut:
Y = β0 X1β1 X2β2 X3β3 X4β4 X5β5 eu
Untuk mempermudah proses penafsiran, fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma sehingga menghasilkan persamaan berikut :

Ln Y = In β0 + β1 In X1 + β2 In X2 + β3 In X3 + β4 In X4 + β5 In X5 + u

Kemudian setelah data di analisis menghasilkan fungsi Ketersedian Pangan Pokok Rumah Tangga (Y) sebagai berikut :

Ln Y = In 6,705 + 0,079 In X1 – 0,193 In X2 + 0,359 In X3 – 0,354 In X4 + 0,353 ln X5

Dimana, Y = Ketersediaan pangan pokok rumah tangga
β0 = Intersep
X1 = Umur petani
X2 = Jumlah tenaga kerja dalam rumah tangga
X3 = Jumlah anggota keluarga
X4 = Pendapatan
X5 = Luas lahan yang diusahakan
β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien regresi
u = Standard error

Untuk menguji keberartian dari koefisien regresi, maka digunakan uji t dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : β1 = 0; artinya tidak ada pengaruh antara umur petani, jumlah tenaga kerja, pendapatan, luas lahan dan julah tanggungan keluarga terhadap ketersediaan pangan rumah tangga
H1 : β2 0, artinya ada pengaruh antara umur petani, jumlha tenaga kerja, pendapatan, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga terhadap ketersediaan pangan rumah tangga.

Dengan demikian kaidah keputusannya sebagi berikut:

Jika:


Jika:



V. EVALUASI
Analisis mikro dalam bentuk Cobb-Douglas yang dilinearkan dan diantilonkan adalah sebagai berikut:

Dilinearkan:
Ln Y = In 6,705 + 0,079 In X1 – 0,193 In X2 + 0,359 In X3 – 0,354 In X4 + 0,353 ln X5
Anti lon:
Y = 816,478 + 1,082 X1 + 0,824 X2 + 1,432 X3 + 1,425 X4 + 1,423 X5

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel bebas X1 bernilai 0,079 berpengaruh nyata terhadap ketersediaan pangan rumah tangga, hal ini disebabkan kepala rumah tangga masih dalam usia produktif sehingga masih aktif dalam melakukan kegiatan usahatani sehingga produktivitas usahatani pun akan semakin meningkat. Ada sebagian yang sudah melewati usia produktif tapi masih melakukan usahatani, walupun ada penambahan umur yang menyebabkan perbedaan umur (produktif dan non-produktif) tetapi diantara petani tidak jauh berbeda produktivitas usahatani dan keragaman konsumsi pangan.

Variabel X2 memberikan nilai negatif terhadap ketersediaan pangan rumah tangga artinya tidak ada pengaruh nyata terhadap pangan pokok rumah tangga. Hal ini disebabkan bahwa walupun jumlah anggota keluarga banyak namun sebagian besarnya masih berusia muda dan masih sekolah sehingga ada kecendrungan rumah tangga lebih meningkatkan pengeluaran pangan da tidak menambah tenaga kerja dalam keluaraga dan tingkat pendapatan dalam keluarga pun tidak mengalami perubahan.

Variabel jumlah X3, berarti ada pengaruh nyata jumlah anggota rumah tangga terhadap ketersediaan pangan pokok rumah tangga, hal ini disebakan karena jumlah anggota rumah tangga banyak namun masih berusia muda dan brsekolah sehngga rumah tangga lebih cenderung untuk meningkatkan pengeluaran pangan. Nilai tesebut memberikan indikasi bahwa rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga banyak terhadap kecendrungan ketrsediaan pangan pokok rumah tangga makin sedikit. Rumah tangga yang jumlah anggotanya banyak maka kebutuhan akan pangan semakin banyak pula dan pengeluaran akanpangan semakin meningkat pula.

Koefisien regresi variabel pendapatan rumah tangga sebesar 0,353 berpengaruh nyata terhadap ketersediaan pangan pokok rumah tangga artinya rumah tangga yang tidak akan melakukankegiatan usahatani apabila tingkat pendapatannya rendah maka akan mempengaruhi ketersediaan pangan rumah tangga sehingga peningkatan pendapatan sangat diperlukan untuk dapat memenuhi ketersediaan pangandari pembelian. Dari nilai tersebut memberikan indikasi bahwa denagn penambahan 1 satuan pendapatan maka rumah tangga akan dapat mengakses pangan sebesar 1.423 Kkal (Koefisien Pendapatan yang dianti lonkan). Artinya makin tinggi tingkat letersediaan pangan pokoksemakin tinggi pula. Dari tingkat pendapatan tersebut sebagian besar pendapatan petani berasal dari usaha peternakan.

Koefisien regresi variabel luas lahan sebesar 0,354 berpengaruh nyata terhadap ketersedian pokok rumah tangga. Hal ini, disebabkan karena di desa Pariti lahan yang digunakan masih subur sehingga mempengaruhi tngakt produksi pangan dan eningkatkan tingkat ketersediaan pangan pokok rumah tangga selain luas lahan yang banyak sehingga produksi yang diperoleh pun semakin tinggi. Dari nilai tersebut memberikan indikasi baha dengan penambahan satu are luas lahan akan meningkatkan ketersediaan pangan sebesar 1.425 Kkal (koefisien Luas Lahan yang dianti lonkan)

Koefisien determinasinya sebesar 0, 6756. Angka tersebut memberikan indikasi bahwa variasi ketrsediaan pangan dalam analisis ini 67,56% dan sisanya 32,44% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model, misalnya harga, selera, tingkat pendidikan non formal tentang gizi dan lain sebaginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar